Hoaks
masih merajalela di dunia maya. Berita bohong menjadi candu disebarluaskan
dengan tujuan tertentu.
Menurut
anggota MCA ini, hampir 19.000 orang bergabung di akun Facebook MCA Grup.
Postingan di grup berisikan politik, ilmu agama Islam, juga tentang menagih
janji kepada Presiden Jokowi.
"Saya
bingung kenapa ada MCA-MCA lain yang keluar dari konteks, karena MCA asli hanya
meluruskan apa yang salah, tidak ada politik," kata anggota MCA
Pengungkapan
kelompok MCA menuai kontroversi. Ada tudingan MCA yang diungkap polisi adalah
MCA palsu. Di Mata Najwa, Novel Bamukmin, Humas Persaudaraan Alumni 212
menyatakan, "MCA asli tidak akan mengaku kalau dia anggota MCA, tapi
perjuangannya nyata"
Pendapat
lain diungkapkan oleh Direktur NU Online, Savic Ali, ada yang harus dijelaskan.
"Ini harus diclearkan dulu, ini MCA ada yg palsu ada yang asli, nanti ada
yang marah. Menurut Bang Novel di IG, FB, Twitter itu palsu semua?"
"Iya
itu palsu" tegas Novel.
Lalu,
yang asli yang mana, Bang Novel tidak tahu juga yang asli?" lanjut
Savic.
Perdebatan
antara Savic Ali dan Novel Bamukmin masih berlanjut di Mata Najwa.
Najwa
kemudian menanyakan kepada anggota MCA yang identitasnya disembunyikan,
"Apakah anda MCA asli?"
"Memang
banyak yang palsu, tapi saya merasa asli, saya ikut berpartisipasi," kata
anggota MCA.
"Kelompok
ini punya common enemy, Ahok musuh bersama mereka. Karena merasa sama, jadi
mereka ikutan. Banyak akun yang berkembang tidak senapas dengan tujuan awal
MCA. Karena setelah Pilkada DKI mereka hilang," papar Direktur NU Online
Savic Ali.
Novel
kemudian menjelaskan beredarnya isu PKI di media sosial, "Isu PKI itu
nyata."
"Jadi Anda mengelola isu PKI?" tanya Najwa Shihab.
"Saya
tangkap orangnya," jawab Novel.
"Atas
kewenangan apa Anda tangkap?" tanya Najwa.
"Ditangkap
diserahkan ke polisi," sanggah Novel.
Kepolisian
lalu menanggapi pernyataan Novel soal isu PKI. "Saya cek dulu karena
sampai saat ini saya tidak terima laporannya" kata Kadiv Humas Polri Irjen
Pol Setyo Wasisto.
Sementara
berdasarkan data, "MCA muncul pertama kali tanggal 13 Desember
2016," founder Drone Emprit, Ismail Fahmi.
"Kalau
dilihat, dia (MCA) tidak mendukung Anies atau AHY. Tapi yang penting hanya
menyerang Ahok," tambah Ismail.
Kepolisian
mengelompokkan hoaks menjadi empat, yaitu ekonomi, ideologi, provokasi, dan
lelucon.
"Polisi
tidak tebang pilih, jika ada serangan kepada perseorangan akan kita tahan, yang
mayoritas sekarang terjadi menyerang kepada orang-orang tertentu di
Pemerintahan," jelas Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto.
"Awalnya
hoaks ini munculnya dari mana? Dari motif ekonomi sebenarnya. Blogger-blogger,
dari judulnya yang bombastis misalnya."
Sementara
menurut Direktur NU Online, "Dalam konteks politik, kedua belah pihak
pernah bikin hoaks. Yang saya temukan, MCA ini ada sentimen kebencian atas
agama dan ras tertentu. Jadi orang-orang yang ga tahu apa-apa jadi terkena
dampaknya."
"MCA
berakhlak, yang seperti itu MCA palsu!" sergah Novel Bamukmin sambil
menunjukkan artikel koran yang memuat perkataan Novel yang ia klaim menjadi
viral.
Pemaparan Fahmi dijawab Novel, "Ada kepanikan pihak lawan, dengan menangkapi mereka. Kriminalisasi ulama dan aktivis."
Najwa
kemudian meminta tanggapan Kadiv Humas Polri.
"Kalau
dikatakan kriminalisasi, orangnya tidak berbuat tapi ditangkap. Tapi kalau dia
melakukan itu dia dan ditangkap ya bukan kriminalisasi. Saya tegaskan tidak ada
kriminalisasi ulama," kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto.
Novel
kemudian membawa kasus Rizieq Shihab di panggung Mata Najwa.
"Polisi
tidak melakukan kriminalisasi. Polisi membutuhkan keterangan dari Rizieq
Shihab. Maka beliau harus pulang ke Indonesia," tegas Irjen Setyo
Wasisto.
Isu
PKI jadi salah satu sorotan dalam persebaran hoaks. Presiden Jokowi beberapa
kali membahas isu PKI dalam pernyataan- pernyataannya. Di Mata Najwa, Direktur
Informasi dan Komunikasi BIN Wawan Purwanto menyatakan,
"PKI sudah tidak ada, partainya tidak ada karena dilarang. Tapi kalau keturunannya itu masalah lain. Mereka berhak dipilih dan memilih."
"PKI sudah tidak ada, partainya tidak ada karena dilarang. Tapi kalau keturunannya itu masalah lain. Mereka berhak dipilih dan memilih."
"Apakah
BIN menemukan ada kebangkitan PKI?" tanya Najwa Shihab.
"Tidak
ada kebangkitan partai PKI," tegas BIN.
"Hoaks
marak karena politik. Di Amerika hoaks marak karena politik, di Indonesia juga
begitu. Ada pergeseran dari spirit 212 bela Islam, ada kasus Rizieq Shihab, ada
bela ulama."
Direktur
Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto menambahkan, "Pemerintah tidak
mungkin ikut menyebarkan hoaks, karena tim humas harus punya data dalam
menyebarkan informasi."
Data
BIN, 60% informasi yang beredar di dunia maya adalah hoaks. Inilah yang
menyebabkan Masyarakat Indonesia AntiHoax menciptakan "Hoax Buster".
Aplikasi ini bisa diunduh di Playstore.
"3
fungsi utama dari aplikasi di Playstore: bisa mencari berita hoaks, bisa
mendeteksi situs abal-abal, dan masyarakat bisa melaporkan hoaks," jelas
Septiaji Eko Nugroho, Ketua Masyarakat AntiHoax.
Direktur
NU Online Savic Ali menambahkan silaturahmi penting untuk membasmi hoaks,
"Harus banyak bertemu, diajak ngopi, jangan cuma ribut di twitter."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar