Jumat, 23 Maret 2018

MATA NAJWA (DUSTA DUNIA MAYA)


Hoaks masih merajalela di dunia maya. Berita bohong menjadi candu disebarluaskan dengan tujuan tertentu.

Menurut anggota MCA ini, hampir 19.000 orang bergabung di akun Facebook MCA Grup. Postingan di grup berisikan politik, ilmu agama Islam, juga tentang menagih janji kepada Presiden Jokowi. 

"Saya bingung kenapa ada MCA-MCA lain yang keluar dari konteks, karena MCA asli hanya meluruskan apa yang salah, tidak ada politik," kata anggota MCA

Pengungkapan kelompok MCA menuai kontroversi. Ada tudingan MCA yang diungkap polisi adalah MCA palsu. Di Mata Najwa, Novel Bamukmin, Humas Persaudaraan Alumni 212 menyatakan, "MCA asli tidak akan mengaku kalau dia anggota MCA, tapi perjuangannya nyata" 

Pendapat lain diungkapkan oleh Direktur NU Online, Savic Ali, ada yang harus dijelaskan. "Ini harus diclearkan dulu, ini MCA ada yg palsu ada yang asli, nanti ada yang marah. Menurut Bang Novel di IG, FB, Twitter itu palsu semua?"

"Iya itu palsu" tegas Novel.

Lalu, yang  asli yang mana, Bang Novel tidak tahu juga yang asli?" lanjut Savic.
Perdebatan antara Savic Ali dan Novel Bamukmin masih berlanjut di Mata Najwa. 

Najwa kemudian menanyakan kepada anggota MCA yang identitasnya disembunyikan, "Apakah anda MCA asli?"
"Memang banyak yang palsu, tapi saya merasa asli, saya ikut berpartisipasi," kata anggota MCA.

"Kelompok ini punya common enemy, Ahok musuh bersama mereka. Karena merasa sama, jadi mereka ikutan. Banyak akun yang berkembang tidak senapas dengan tujuan awal MCA. Karena setelah Pilkada DKI mereka hilang," papar Direktur NU Online Savic Ali.

Novel kemudian menjelaskan beredarnya isu PKI di media sosial, "Isu PKI itu nyata." 

"Jadi Anda mengelola isu PKI?" tanya Najwa Shihab.

"Saya tangkap orangnya," jawab Novel.

"Atas kewenangan apa Anda tangkap?" tanya Najwa.

"Ditangkap diserahkan ke polisi," sanggah Novel.

Kepolisian lalu menanggapi pernyataan Novel soal isu PKI. "Saya cek dulu karena sampai saat ini saya tidak terima laporannya" kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto.

Sementara berdasarkan data, "MCA muncul pertama kali tanggal 13 Desember 2016," founder Drone Emprit, Ismail Fahmi.
"Kalau dilihat, dia (MCA) tidak mendukung Anies atau AHY. Tapi yang penting hanya menyerang Ahok," tambah Ismail.

Kepolisian mengelompokkan hoaks menjadi empat, yaitu ekonomi, ideologi, provokasi, dan lelucon.

"Polisi tidak tebang pilih, jika ada serangan kepada perseorangan akan kita tahan, yang mayoritas sekarang terjadi menyerang kepada orang-orang tertentu di Pemerintahan," jelas Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto.

"Awalnya hoaks ini munculnya dari mana? Dari motif ekonomi sebenarnya. Blogger-blogger, dari judulnya yang bombastis misalnya."
Sementara menurut Direktur NU Online, "Dalam konteks politik, kedua belah pihak pernah bikin hoaks. Yang saya temukan, MCA ini ada sentimen kebencian atas agama dan ras tertentu. Jadi orang-orang yang ga tahu apa-apa jadi terkena dampaknya."

"MCA berakhlak, yang seperti itu MCA palsu!" sergah Novel Bamukmin sambil menunjukkan artikel koran yang memuat perkataan Novel yang ia klaim menjadi viral. 

Pemaparan Fahmi dijawab Novel, "Ada kepanikan pihak lawan, dengan menangkapi mereka. Kriminalisasi ulama dan aktivis." 

Najwa kemudian meminta tanggapan Kadiv Humas Polri.
"Kalau dikatakan kriminalisasi, orangnya tidak berbuat tapi ditangkap. Tapi kalau dia melakukan itu dia dan ditangkap ya bukan kriminalisasi. Saya tegaskan tidak ada kriminalisasi ulama," kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto.

Novel kemudian membawa kasus Rizieq Shihab di panggung Mata Najwa.
"Polisi tidak melakukan kriminalisasi. Polisi membutuhkan keterangan dari Rizieq Shihab. Maka beliau harus pulang ke  Indonesia," tegas Irjen Setyo Wasisto.

Isu PKI jadi salah satu sorotan dalam persebaran hoaks. Presiden Jokowi beberapa kali membahas isu PKI dalam pernyataan- pernyataannya. Di Mata Najwa, Direktur Informasi dan Komunikasi BIN Wawan Purwanto menyatakan,
"PKI sudah tidak ada, partainya tidak ada karena dilarang. Tapi kalau keturunannya itu masalah lain. Mereka berhak dipilih dan memilih."

"Apakah BIN menemukan ada kebangkitan PKI?" tanya Najwa Shihab.
"Tidak ada kebangkitan partai PKI," tegas BIN.

Dibanding hoaks saat Pilkada DKI Jakarta, Direktur NU Online Savic Ali menjelaskan pergeseran isu hoaks.

"Hoaks marak karena politik. Di Amerika hoaks marak karena politik, di Indonesia juga begitu. Ada pergeseran dari spirit 212 bela Islam, ada kasus Rizieq Shihab, ada bela ulama."

Direktur Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto menambahkan, "Pemerintah tidak mungkin ikut menyebarkan hoaks, karena tim humas harus punya data dalam menyebarkan informasi."

Data BIN, 60% informasi yang beredar di dunia maya adalah hoaks. Inilah yang menyebabkan Masyarakat Indonesia AntiHoax menciptakan "Hoax Buster". Aplikasi ini bisa diunduh di Playstore.

"3 fungsi utama dari aplikasi di Playstore: bisa mencari berita hoaks, bisa mendeteksi situs abal-abal, dan masyarakat bisa melaporkan hoaks," jelas Septiaji Eko Nugroho, Ketua Masyarakat AntiHoax.

Ada Patroli Hoaks atau siskamling digital yang saat ini tengah gencar dilakukan. "Silaturahmi di dunia nyata ialah yang dibutuhkan," kata Septiaji

Direktur NU Online Savic Ali menambahkan silaturahmi penting untuk membasmi hoaks, "Harus banyak bertemu, diajak ngopi, jangan cuma ribut di twitter."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar